Materi Sosum TPB IPB
REVOLUSI HIJAU DAN PERUBAHAN
SOSIAL DI PEDESAAN JAWA
SOSIAL DI PEDESAAN JAWA
Oleh: Sediono M.P. Tjondronegoro
Revolusi hijau di Indonesia dimulai sekitar tahun 1960-an, tetapi sebelumnya sudah pernah, yaitu pada tahun 1967 ketika Hindia Belanda mengantarkan Verbeterde Cultuur Technieken.. Program ini mengacu kepada intensifikasi tanaman pangan (jagung,gandum, dan padi). Tujuan program ini adalah untuk meningkatkan produksi tanaman padi yang diusahakan tanpa mengubah struktur sosial pedesaan. Revolusi hijau telah membawa Indonesia menjadi importer beras terbesar di dunia pada tahun 1970-an, menjadi Negara berswasembada beras sejak tahun 1984.
Revolusi Hijau seperti sudah diungkapkan mengantungkan petani kaya lebih cepat dari pada petani sedang atau miskin. Yang terjadi sebenarnya adalah polarisasi pengusahaan tanah harus mengubah pemilikan tanah. Petani kaya dapat menyewa lebih banyak tanah dari petani kecil di bawah nama penyewa (petani kecil).Dengan masuknya teknologi baru dibidang pertanian sudah jelas ada lapisan-lapisan masyarakat desa yang bertambah kaya dan berkuasa atau sumberdaya.Potensi ekonomi lapisan yang dimaksud tadi meningkat dan ekonomi uang dan petani lebih cepat bercabang dan memasuki desa . sehingga tidaklah mengherankan, mengapa gejal komersialoisasijuga masuk ke masyarakat desa.
Rencana untuk mencapai keswasembadaan beras telah dirumuskan oleh Departemen Perencanaan Nasional dalam pembangunan semesta (1961-1969). Sasaran rencana ini yaitu produksi beras harus mampu ditingkatkan sehingga konsumsi perkapita dapat meningkat dari 93 kg sampai 100 kg pertahun, untuk meningkatkan produksi protein sampai 60 g perkapita perhari (45 g dari sumber nabati dan 15 g dari sumber hewani). Usaha ini belum berasil karena peningkatan ini dibarengi dengan peningkatan jumlah penduduk yang besar. Sejak tahun 1963/1964 program swasembada bahan makanan diintensifkan dengan pendekatan bimbingan masal (BIMAS), yang diterapkan oleh staf pengajar dan mahasiswa fakultas pertanian IPB di daerah Kerawang. Paket BIMAS yang diberikan termasuk kredit natura pupuk buatan, obat-obatan, bibit unggul, dan biaya hidup petani untuk semusim (Cost of living). Namun, program ini banyak menimbulkan kericuhan sehingga semakin sulit untuk diawasi. Terdapat tiga lapisan petani, yaitu petani penggarap 0,5 ha (enggan menerima), petani penggarap 0,5 sampai 0,7 ha (menerima lamban), penggarap 0,7 ha (penerima baik). petani golongan menengah dan petani kecil atau miskin, merasa kredit yang ditawarkan menimbulkan resiko yang relatif begitu besar.
Menurut tesis yang ditulis M. Lyon ( 1970), sebab konflik yang muncul didaerah pedesaan yaitu penguasaan atas tanah, sedangkan menurut R.W. Franke (1972) dalam thesisnya yang berjudul The Green Revolution In Javanese Village, di ungkapkan bahwa akibat dari BIMAS, petani kaya lebih mampu memperbaiki nasibnya berdasarkan asset tanah dan modal yang di milikinya dari pada petani miskin. Lapisan teratas masyarakat petani mempunyai beberapa keuntungan, kecuali meningkatkan luas tanahnya dan menarik kredit lebih banyak, lapisan tersebut tetap memanfaatkan tenaga kerja yang cukup banyak tersedia. Lapisan atas juga bertambah mampu untuk mengadakan usaha-usaha yang berkaitan dengan ekonomi perkotaan, sehingga jenis-jenis pekerjaan di luar usaha tani lebih mudah di jangkau oleh petani kaya. Lapisan terbawah apabila sudah tidak dapat bercocok tanam sebagai buruh tani di desanya, pindah ke kota untuk mencari pekerjaan di sektor informal seperti jasa dan perdagangan kecil. Gejala urbanisasi di pengaruhi kuat oleh arus penduduk dari desa ke kota. Akibat hal ini, penduduk meninggalkan sektor pertanian sehingga menimbulkan hubungan patron-klien semakin memudar.
Dampak dari adanya Revolusi Hijau adalah semakin jelasnya lapisan-lapisan dalam masyarakat petani, terdapat penguasaan tanah yang menumpuk di kalangan petani dalam arti yang lebih ekonomis. Selain itu juga adanya bentuk organisasi yang dapat di jadikan wadah untuk petani kecil yang memperjuangkan kepentingannya, sehingga para petani merasa lebih leluasa dalm mengeksploitasi lahannya sendiri sehingga tujuan dari sistim pertanian Revolusi Hijau itu bisa Tercapai. Jadi revolusi Hijau yang dicanagkan Pemerintah ini lebih efisien dari pada sistim pertanian lama, sehingga para petani lebih makmur dalam bidang perekonomian tanpa merusak lingkungan.
Analisis Bacaan.
Konsep Perubahan Sosial
Perubahan sosial yang terjadi yaitu pada sistim pertanian lama menjadi sistim pertanian, stuktur Sosial dan perubahan pada kebudayaan, yang berubah secara drastis yang dikenal dengan sebutan Sistim Revolusi Hijau dimana semua aspek kehidupan berubah.serata dalam Perubahan teknologi dan semberdaya manusia serta Alam.
Sumber-sumber Perubahan Sosial
1. Lingkunagn Alam
Terjadi pada perubahan tanaman pertanian dengan hasil yang lebih memuaskan dan memperindah lingkunagn hidyp dengan melestarikan alam pada Sistim revolusi Hijau
2. Kependudukan
Bertamabahnya penduduk yang lebih makmur akan memacu para penduduk untuk memperoleh keturunan karena bertambahnya sumber pendapatan mereka dari pertanian akibat perubahan sistim pertanian yang lama menjadi sistim pertanian dengan Revolusi Hijau
3. Inovasi dan Dfusi
Terbukti dari adanya perubahan yang mendasar terhadap pelembagaan dan perubahan ide serta pada gagasan para petani dan pemerintah untuk menyelamtkan pertanian untuk mendapatkan hasil yang lebih memuaskan untuk pemerintah sendiri dan terhadap perekonomian para peani dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
Bentuk-bentuk Perubahan Sosial
4. Perubahan Pada personal
Terjadinya perubahan pada komposisi Penduduk dalam berpola pikir dan berawal dari pengalaman terhadap sistim yang baru
5. Perubahan pada fungsi struktur sosial
Perubahan terjadi pada sistim pertanian dari yang lama menjadi sistim pertanian yang berpedoman kepada sistim Revolisi Pemerintah yang lebih menguntungkan bagi para Petani
6. Perubahan Dalam Hubungan struktur
Adanya pelapisan Pertanian berdasarkan Area pertanian dan pengahilan mereka dalam Pemanenan
7. Perubahan Struktur sosial
Perubahan kepada Sistim Pertanian Revolusi Hijau
Tingkatan Perubahan Sosial
Terjadi pada tingkatan masyarakat dan Global, pada Masyarakat yaitu perubahan sistim Perekonomian, sedangkan Pada Global yaitu pemodernisasi dan Revolusi Pertanian
Gerak-Gerik Perubahan
Terjadi karena adanya pendangan dan ide untuk menjadi lebih makmeur dan lebih baik dari pertanian sebelumnya sehingga pemerintah mempunyai ide untuk merubah sistim pertanian yanh=g lebih menguntungkan dan mengangkat sistim perekonomian masyarakat dan para petani yaitu sistim Revolusi Hijau
Strategi Pembangunan
Strategi perubahannya yaitu mengacu kepada sistim pertanian yang lebih efisien dan maju serta lebih menghemat kebutuah akan sumberdaya lain dengan tidak mengubah kondisi lahan pertanian tersebut tapi dengan merubah sistim pertanian yang lebih Hijau yang Hasilnya lebih memuaskan dan menguntungkan dan tidak merusak alam, yang mengacu pada Modernisasi.
SALURAN PEMERATAAN INFORMASI
DI PEDESAAN: KORAN MASUK DESA
ATAU JARINGAN KOMUNIKASI
SOSIAL?
DI PEDESAAN: KORAN MASUK DESA
ATAU JARINGAN KOMUNIKASI
SOSIAL?
Oleh: M. Alwi Dahlan
Saluran Informasi yang dilaksanakan oleh Pemerintah untuk para Masyarakat desa yang kurang akan informasi mendapat sambutan yang baik dari Khalayak ramai,dari bernagai pihak yang merasa diuntungkan.Program ini dikenal dengan sebutan Koran masuk desa (KMD). Bayak pihak yang merasa diuntungkan dari program ini dan banyak pula yang merasa dirugikan. Program ini bertujuan agar masyarakat Desa tidak ketinggalan informasi dari dunia luar dan dalam negri, misalnya kegunaan bagi masyarakat desa misalnya untuk mengetahui harga dari gabah, harga bibit atau harga pupuk yang ditetapkan Pemerintah. Tapi program ini juga kurang efektif dilakukan kepada masyarakat desa,karena biaya KMD mungkin lebih mahal dari Koran-koran biasa yang dijual diKota-kota. Hal ini mungkin disebabkan karena Produksi Koran yang sedikit sehingga ongkos produksinya pun lumayan mahal.Kebanyakan dari Masyarakat desapun lebih cendrung kepada media Komunikasi lain, seperti radio dan kaset yang sudah beredar dikalangan mereka. Jika dihadapkan pada pemilihan antara Media baca dan televise atau radio, maka mereka lebih cenderung memilih media elektronik yang mudah apalagi kalau media mudah tersebut juga murah,bahkan gratis.
KMD sebenarnya juga merupakan suatu inovasi yang tersendiri yang dapat membawakan perubahan ke masyarakat sasarannya di Desa-desa. Tetapi dalam hal ini mengalami keterbatasan, terutama dalam menjalankan fungsinya. Dari satu pihak sebagai media Modern, KMD harus mendorong arus Informasi, Keterbukaan,dan partisipasi Politik. Gambaran umum mengenai komunikasi dalam masyarakat kita, antara lain yang berikut, Komunikasi Interpersonal, harus mempunyai Ciri-ciri system Komunikasi feudal, Pemuka-pemuka yang harus mempunyai tatanan dan pranata yang telah berakar dalam Masyarakat. Beberapa penelitian mengenai jaringan sosial yang diadakan baru-baru ini juga memberikan gambaran yang agak berbeda dari gambaran yang agak berbeda dari gambaran dan asumsi-asumsi yang selama ini ada. Studi tersebut diadakan pada dua lokasi pedesaan di Sumatera Barat dan Jawa Tengah, yang menyataka bahwa kalau Di Sumbar itu pemika formal atau Wali Nagari yang berhubungan dengan penyuluhan komunikasi pada masyarakat Desa, sedangkan di Jawa Tengah pengkomunikasian tergantung dengan bidang atau badan yang berhubungan dengan Kekuasaan. Jadi Alternative kominikasi untuk golongan miskin, informasi ini adalah jaringan komunikasi social golongan ini sendiri dengan membentuk jaringan-jaringan lokal yang sesuai bentuk tempatnya, mempergunakan media yang mudah seperti Televisi dan akan mempermudah proses penginformasian kemasyarakat Desa.
Bacaan 2
KONDISI SOSIO-KUTURAL DALAM
ERA TELEVISI TRANSNASIONAL
Oleh: Veven S.P. Wardhana
Kenyataan saat ini m,enunjukan bahwa proses Pengkomunikasian telah berkembng dari masa ke masa. Misalnya saja televisi, yang dulunya dikuasai oleh stasiun televisi milik pemerintah, tapi sekarang ini yang paling terkenal itu adalah stasiun televisi swasta, yang masing-masing siaran memiliki keunggulan dalam pengeksposan dalam komunikasi yang berbeda. Terjemahannya, selain revolusi komunikasi dan informasi itu memang benar adanya, jabaran keduanya: dengan berfungsinya berbagi satelit di angkasa yang kian bertambah jumlahnya, selain pemakai jasanya juga sekalligus bertambah era televise transnasional,yang terjadi. Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang memusatkan perhatiannya pada bidang komunikasi, yaitu televise yang berkembang pesat dari masa ke masa. Sama-sama diketahui televise swasta yang pesat itu adalah stasiun televisi yang siarannya lebih menjurus dan menjawab kebutuhan masyarakat akan informasi yang sedang berkembang pada saat itu.
Untuk melengkapi ketidakseimbangan arus informasi ini, bisalah kita buka-buka Wj.Howell, World Broadcasting in the Age of the Satellit (1986), selain George Gerbner,World communication: A Hand Book (1984). Universalitas dan Universalisasi rasa-rasanya hanya menjadi monopoli dan hak negeri industri. Akankah stasiun-stasian negeri sendiri-sendiri juga agensi di luar institusi televise melawan dominasii ini dengan membikik paket success story negeri berkembang dan sejenisnya untuk disuplai dan ditayangkan televisi transnasional/Indonesia, Buletin Siang, Nuansa Pagi, Buletin Malam dan sekilas info yang merupakan paket Join RCTI dan SCTV.
Analisis Bacaan
Bacaan 1
Komponen dan Proses Komunikasi
Komponen Komunikasi pada bacaan 1 adalah Koran masuk desa yang merupakan media bagi masyarakat untuk menambah informasinya
Adanya pengaruh media lain,seperti radio yang memberikan anggapan baru dari masyarakat untuk mengkonsumsinya,
Prosesnya yaitu proses masuknya KMD yang dapat diterima masyarakat dan sebagian masyarakat juga sulit untuk menerimanya.
Proses Program pemerintahah untuk mencangkan pengkomunikasian di desa-desa yang bertujuan untuk penyetaraan komunikasi di seluruh masyarakat.
Konsep Komunikasi Primer dan Sekunder
KMD termasuk komunikasi Sekunder karena terdapat media komunikasi yang digunakan yaitu radio dan Koran
Konsep Komunikasi Antara Individu, kelompok dan massa
· Antar individu, yaitu dialog antara masyarakat desa
· Antar massa, yaitu antara masyarakat dan instansi pemerintah yang ditunjuk oleh pemerintah.
Komunikasi tradisional, Komunikasi dua langkah dan Komunikasi lintas budaya
Komunikasi tradisional: komunikasi antar masyarakat Desa dalam menentukan pilihan untuk memilih media komunikasi dan Informasi.
Komunikasi dua langkah: Penyampain informasi atau berita dari Walinagari ( Sumatra Barat ) kepada masyarakatnya.dan Di Jawa Tengah.
Komunikasi Lintas Budaya; Komunikasi KMD yang memasuki desa dalam pendistribusian informasi
Bacaan 2
Komponen dan Proses Komunikasi
Komponen Komunikasi pada bacaan 2 adalah adanya stasiun televisi baik sebagai sumber informasi dari masyarakat diseluruh pelosok dunia.
Adanya persaingan antar stasiun televisi nasional dan Swasta dalam penyampain komunikasi dari pusat keseluruh pelosok masyarakat.
Prosesnya yaitu proses masuknya dan penerimaan televise dikalangan masyarakat tergantunh pilihannya.
Proses Program pemerintahah untuk mencangkan pengkomunikasian melalui media televisi di desa-desa yang bertujuan untuk penyetaraan komunikasi di seluruh masyarakat.
Konsep Komunikasi Primer dan Sekunder
Televisi termasuk komunikasi Sekunder karena terdapat media komunikasi yang digunakan yaitu
Konsep Komunikasi Antara Individu, kelompok dan massa
a. Antar individu, yaitu dialog antara masyarakat desa
b. Antar massa, yaitu antara masyarakat dan instansi pemerintah yang ditunjuk oleh pemerintah.
c. Antar kelompok, yaitu persaingan antara stasiun televisi swasta dan televisi nasional
Komunikasi tradisional, Komunikasi dua langkah dan Komunikasi lintas budaya
Komunikasi tradisional: komunikasi antar masyarakat Desa dalam menentukan pilihan untuk memilih media komunikasi dan Informasi.
Komunikasi dua langkah: komunikasi dari televise kepada masyarakat.
Komunikasi Lintas Budaya: Komunikasi yang memasuki desa dalam pendistribusian informasi
Perubahan Ekologi Pertanian: dari Revolusi Hijau ke System of Rice
Intensification
Oleh : Rina Mardiana dan Soeryo Adiwibowo
Intensification
Oleh : Rina Mardiana dan Soeryo Adiwibowo
Banyak hal yang disebabkan oleh perubahan ekologi pertanian dan pola piker masyarakat desa yang sebagian bermata pencaharian sebagai petani. Dalam hal ini terjadi adalah Revolusi hijau yaitu kasus yang sering dibahas dan dikritik oleh banyak kalangan. Revolusi Hijau ini terjadi pada varietas-varietas tanaman pangan dan pokok bagi bangsa dan seluruh dunia.revolusi Hijau ini juga terjadi di bidang perikanan, yakini disebut dengan revolusi Biru, yaitu tentang perubahan sisteim kelautan dan pengelolaan tehadap seluruh sumberdaya yang ada didalamnya seperti terumbu karang dan ikan-ikan yang ada didalamnya.
Sistim pertanian yang diterapkan oleeh masyarakat dan pemerintah dalam meningkatkan hasil dari pertanian dan makanan Pangan.Sistim pertanian ini ditunjang oleh varietas-varietas unggul oleh tanaman yang akan dibudidayakan dan ketersediaan pupuk.Kebijakan dan praktek ini mengarah pada erosi plasma nutfah pertanian dan pengetahuan tradisional petani mengenai sistem pertanian yang lebih berkelanjutan . ketahanan pangan menjadi terganggu manakala petani tidak Pemerintah mempunyai “tabungan’ aneka benih dan harus tergantung pada satu varietas benih saja, yang harus mereka beli setiap kali tanam.
Konsevasi lahan subur yang dilakukan oleh pemerintah kebanyakan tidak mendasra, ini diakibatkan oleh investtasi dari revolusi Hijau dan revolusi Biru Sebagai upaya untuk mendekatkan teknologi kepada petani, maka diperlukan pendekatan baru yang spesifik lokasi berdasarkan permasalahan yang dialami para petani. Salah satu teknik pertanian yang merupakan hasil pengembangan dari pengetahuan tentang proses ekologis adalah Sistem Intensifikasi Padi. Metode ini merupakan sebuah teknologi berkelanjutan yang menguntungkan petani karena memberikan hasil produksi lebih tinggi. Dalam sistem ini terjadi penghematan air sampai dengan 50%. Pada tahun 2004, dimana secara internasional dan nasional dideklarasikan sebagai tahun beras, semakin banyak petani kecil di Indonesia yang mulai meenerapkan SRI, sebagai cara yang cukup revolusioner dalam bercocok tanam padi.
BACAAN 2
MANFAAT KEARIFAN EKOLOGI TERHADAP PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP
Studi Etnoekologi di Kalangan Orang Biboki
Oleh: Yohanes Gabriel Amsikan
Wilayah Biboki adalah daerah sabana, yakni padang rumput yang luas diselingi belukar yang begitu hebat lebat. Keadaan ini menuntut orang Biboki untuk berusaha dan berjuang untuk mengadaptasikan pola-pola bertani mereka kedalam tanah yang kurang subur, namun demikian pembabatan hutan gundul merupakn aktifitas masyarakat Biboki untuk mengatasi kesuburan tanah mereka. Dengan kata lain aktivitas pengetahuan ekologi masyarakat petani di desa, khususnya di kalangan orang Biboki di desa Tautpah ini memiliki implikasi positif dan strategis tterhadap pemeliharaan lingkungan hidup.Sebagian besar masyarakat biboki mencoba untuk menaklukan tanah dengan pola Ekologi yang benar.
Kearifan ekologi dalam masyarakat biboki menjadi upaya hidup mereka dalam mempertahankan keaadaan dan hidup mereka juga. Masyarakat biboki melakukan pemilihan yang matang dan super inteensif dalam menetapkan tanah yang mau dipakai untuk pemukiman dan tanah sebagai mata pencaharian, untuk mempertahankan sebidang tanah, masyarakat seiiring harus mengorbankan diri, meneteskakn darahnya bahkkan nyawa sekalipun.
Studi etnoekologis mengenai sistem perteanian untuk mmenguak kearifan ekologi orang Biboki memberikan sejumlah informasi, pertama kenyataan bahwa lingkungan alam seperti tanah, hutan dan air perlu dijaga agar tetap memberikan hasil yang memadai seetiap kali diolah., Kedua, selain persamaan terdapat pula perbedaan. Bagi pemerintah, tanah yang masih banyak belukar atau hutannya, berguna untuk menjaga kesuburan tanah dan menjadi tempat berling margasatwa. Ketiga, orang Biboki memiliki pola perilaku yang berbeda, karena mereka memiliki pemahaman yang berbeda dengan pemerintah menggenai lingkungan. Kearifan ekologi ini jelas berbeda dengan pemerintah yang mendasarkan pemikirannya pada temuan-temuan ilmiah mengenai kerusakan alam yang ditentukan antara lain melalui ukuran fisik dan biologis.
Dari temuan-temuan di atas, maka dapat dimengerti bagaimana himbauan-himbauan untuk melestarikan alam “gagal” ditanggapi oleh orang Biboki. Guna menghindari sikap etnosentris, peneliti perlu memperhatikan gagasan dari sudut pandang orang lain, terutama masyarakat yang di teliti. Dengan demikian, dapat terjadi perpaduan sudut pandang antara peneliti dan masyarakat yang diteliti.
ANALISIS BACAAN
BACAAN 1
Unsur-Unsur Kebudayaan
Adanya sarana ekploitasi dalam melakukan perubahan ekologi pertanian dari sistim revolusi hijau kepada SRI
Adanya pola perilaku masyarakat dalam menyesuaikan diri perubahan revolusi hijau ke SRI
Adanya pola yang sama antara Revolusi Hijau dan revolusi Biru
Faktor demografi dan pola-pola pemukiman dari masyarakat dalam perubahan sistim pertanian
Sistim pertanian Adaptif dengan kondisi ekologi
Revolusi Hijau termasuk kedalm sistim adaotasi ekologi yang kurang adaptif karena hanya masyarakat yang mencoba untuk melakukan hal tersebut sebagian lagi hanya sebagai penonton setia tanpa partisipasi sedikitpun
Revolusi Biru hamper sama seperti pada perlakukan masyarakat di revolusi Hijau, hampir sama.
System of Rice Intensification (SRI) termasuk kedalam pola adaptasi eklogi yang adaptif yang bisa menyesuiakan bagaimana sistim pertanian yang tidak mendatangkan kerugian yang lumayan besar dan dapat dibudayakan dalam semua kalangan masyarakat. Sitim ini sangat menguntungkan sekali bagi petani karena dapat mengahasilkan hasil produksi yang tinggi.
BACAAN 2
Unsur-unsur Kebudayaan
Pemahaman masyarakat dalam menentukan dan beradaptasi dalam berurusan dengan tanah, baik itu untuk pemukiman maupun untuk lahan pertanian
Pola pemukiman Masyarakat yang hidup berladang berpindah untuk mencari sumber kehidupan baru yang lebih layak
Perilaku masyarakat Biboki yang berbeda dengan Masyarakat ldi daerah lai, misalnya dalam pemilihan lahan, penentuan pemukiman, dan dalam kepercayaan akan Mistik
Struktur masyarakat Biboki yang unik yaitu adanya penemtuan dalam pengelolaan tanah
Ciri-ciri Adaptasi Ekolgi : masyarakat Biboki sudah bisa dikatakan beradaptasi ekologi karena pada masyarakat Biboki sudah dikenal Proses Pemilihan Lahan multifungsi, yang disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi dari wilayah itu sendiri
Arahan pertanian: masyarakat Biboki dalam melaksanakan sistim pertanian dapat dikatakan sudah mengarah pada arah Posbilisme Lingkungan karena masyarakat biboki telah bisa menaklukan alam khisusnya lahan yang kurang baik dijadikan sebaik mungkin untuk fungsi-fungsi tertentu yang lebih berguna, misalnya dalam pemilihan lahan untuk tanah pertanian, pemukiman maupun untuk kandang.
Pola pemukiman Masyarakat yang hidup berladang berpindah untuk mencari sumber kehidupan baru yang lebih layak
Perilaku masyarakat Biboki yang berbeda dengan Masyarakat ldi daerah lai, misalnya dalam pemilihan lahan, penentuan pemukiman, dan dalam kepercayaan akan Mistik
Struktur masyarakat Biboki yang unik yaitu adanya penemtuan dalam pengelolaan tanah
Ciri-ciri Adaptasi Ekolgi : masyarakat Biboki sudah bisa dikatakan beradaptasi ekologi karena pada masyarakat Biboki sudah dikenal Proses Pemilihan Lahan multifungsi, yang disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi dari wilayah itu sendiri
Arahan pertanian: masyarakat Biboki dalam melaksanakan sistim pertanian dapat dikatakan sudah mengarah pada arah Posbilisme Lingkungan karena masyarakat biboki telah bisa menaklukan alam khisusnya lahan yang kurang baik dijadikan sebaik mungkin untuk fungsi-fungsi tertentu yang lebih berguna, misalnya dalam pemilihan lahan untuk tanah pertanian, pemukiman maupun untuk kandang.
LSM DAN NEGARA
Oleh: Philip Eldrige
Oleh: Philip Eldrige
Penawaran sejumlah justifikasi primai facie guna menunjukan bahwa LSM memang memiliki signifikasi politik hampir semua LSM, mengadopsi profil yang menekankan karakter non politiik. Langkah politik yang bijaksana dalam konteks Indonesia mereflesikan nilai – nilai yang sangat berakar yakni konsep tentang masyarakat dan negara. LSM telah menjadi saluran absah bagi partisipasi sosial dan politik Meskipun terjalin kerjasama, pemerintah tetap berusaha mencegah bangkitnya keterlibatan masyarakat yang didasarkan pada kelompok – kelompok yang secara murni mengandalkan kekuatan sendiri. Satu cara yang ditempuh pemerintah untuk menetralisir kekuatan LSM adalah dengan menciptakan struktur pararel yang bertujuan memobolisasi kelompok – kelompok sasaran seperti pemuda, petani, dan wanita.
Tingginya tingkat informalitas yang diadopsi LSM dalam bentuk struktur organisasi yang dipercaya sebagai persyaratan untuk kelangsunagn hidup, dapat pula menyulitkan berkembangnya struktur demokratis yang memiliki landasan hokum kukuh, ditingkat lebih rendah. Ada anggapan kuat di Indonesia bahwa UU organisasi kemasyarakatan yang dikeluarkan 1985 akan sangat memukul otonomi LSM/LPSM. Pengaturan yang dikenakan terhadap LSM sebelum 1985 ditunjukan terhadap penyaluran dana asing, dengan LSM – LSM lokal sebagai pihak yang paling berpengaruh karena ketergantungan mereka pada bantuan asing tersebut. Situasi ini umumnya tidak berubah setelah dikeluarkan UU keormasan.
Terdapat tiga jenis umum pendekatan yang dilakukan berbagai LSM/LPSM dalam hal penjalinan hubungan dengan pemerintah Indonesia. Pendekatan pertama, berlabel kerjasama tingkat tinggi : Pembangunan Akarrumput’, menekankan kerjasama dalam program – program pembanguan pemerintah dengan munyusupkan pengaruh terhadap rancangan maupun implementasi program – program tersebut. Pendekatan kedua disebut sebagai ‘Politik Tingkat Tinggi’ : Mobilisasi Akarrumput’, berbeda dengan pendekatan pertama ayang social network , pendekatan kedua merupakan pengembangan gagasan berdasarkan kerangka berpikir teori social radikal, yang digabung dengan kritik lebih luas terhadap falsafah dan praktek Orde Baru. Fokus kegiatan kelompok ketiga lebih berada di tingkat lokal daripada nasional. Konsep mobilisasi mereka lebih menekankan ‘peningkatan kesadaran’ (consciousness raising) dan kesadaran akan hak, daripada upaya mengubah kebijaksanaan, sambil mengupayakan formasi kelompok otonomi tanpa pretense politis tertentu.
Model 1 didasarkan pada pengalaman YIS yang bergerak di bidang kesehatan Masyarakat serta Bina Swadaya yang bergerak dibidang simpan pinjam dan koperasi informal. Model 2 diwakili oleh Lembaga Studi Pembangunan (LSP) yang bergerak didalam bidang pengembangan pelajar dan mahasiswa. Serta WALHI dan Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) yang beroperasi dibidang Hukum.Model 3 diwakili dengan Lembaga Konsultasi dan Keluarga (LKBHWK) dan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) yang sebagian besar dikelola oleh wanita. Ketiga model tersebut pada adsarnya membawa sejumlah orientasi kearah ‘penguatan’ (empowerment) kelompok – kelompok kecil dalam arti mendorong kapasitas self – management dan melatih kader – kader dari kelompok sasasran yang dibutuhkan untuk menjalani keahlian yang diisyaratkan.
Sementara gerakan LSM telah banyak menyumbang bagi penguatan proses demokratisasi di Indonesia, perluasan basis masyarakat mereka tergantung pada pencapaian ; (1) sintesa efektif antara corak gerakan ‘pembangunan’ dan ‘mobilisasi’; (2) interaksi antara aktivitas di tingkat mikro dan makro; (3) rekonsilasi dari perbedaan – perbedaan terutama antara model LSM kedua dan ketiga; (4) debirokratisasi yang lebih luas dari hubungan LSM/LPSM serta memadukan gerakan kooperatif dengan otonomi kelompok kecil. Pemahaaman LSM terhadap peran Negara vis – a – vis masyarakat sipil akan sangat menentukan cara mereka mengatasi rangkaian masalah tersebut.
Analisis Bacaan
1. Persamaan dan Perbedaan antara Organisasi dan Birokrasi
a. Persamaan
Sama-sama memiliki tujuan yang jelas
Disini Organisasi adalah LSM dan Birokrasinya adalah Negara atau pemerintah,, LSM dan Pemerintah disini sama-sama memiliki tujuan yang jelas yaitu untuk menyejahterakan Masyarak
Sama-sama memiliki aturan
lSM dan Pemerintahan sama-sama memiliki aturan baik itu tertulis maupun tidak tertulis yang mencakup dan menjadikan para anggotanya ikut berpartisipasi aktif dalam menjalankan tugasnya.
Sama-sama terdeferensiasi
LSM dan Negara telah memiliki struktur dan hirarkis kepemimpinan yang jelas dan telah mengabdikan dirinya untuk melaksanakan tugasnya dengan sebaik mungkin.
b. Perbedaan
Tujuan Pembangunan
Pemerintah sebagai Birokrasi memiliki tujuan pembangunan yang jelas yaitu lebih ke infrastruktur sedangkan LSM lebih kepada pemenagemenan Sumberdaya Manusia
Berdasarkan Sifat
Pemerintah bersifat TOP Down dan Birokratisme sedangkan LSM bersifat partisipatif dan debiokratis
Pengkajian
Pemerintah lenih mengurusi kebijakan secara umum (peran kurang mendalam),sedangkan LSM mengkaji secara spesifik dan mendalam
Sumber Dana
Pemerintah atau Birokrasi sumber dananya sudah menetap sedangkan LSM tidak.
Lama Pemprosesan
Organisasi lebih cepat prosesnya dari pada birokrasi
2. Pengertian Birokratisme
Birokratisme adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh suatu birokrasi yang tidak sesuai dengan prosedure dan norma yang sebenarnya sehingga mempersulit proses birokrasi tersebut (penyimpangan birokrasi) Bukti dari proses Birokratisme itu adalah tindakan yang dilakukan oleh pemerintah mengeluarkan UU keormasan 1985, tentang lembaga kemasyarakatan, yang seharusnya bekerja dengan lancar tapi malah dipersulit dengan prosedur yang baru.
SISTEM PONDOK
Oleh
Warisno Ram
Sebagian besar migran sirkuler berasal dari rumah tangga desa yang hanya memiliki lahan sempit dan mereka rata-rata berpendidikan rendah. Keadaan serba tidak cukup ini mendorong mereka untuk melakukan usaha mandiri secara kecil-kecilan dengan sedikit modal dan peralatan yang tidak mahal.
Para migran sirkuler yang bergerak dalam usaha sisa ini (disebut usaha sisa karena para pemlik modal umumnya tidak tertarik untuk bergerak dalam usaha ini), jenis-jenis usaha yang termasuk dalam usaha sisa ini antara lain: usaha membuat dan menjual makanan atau minuman murah, usaha transport jarak dekat dengan tenaga bukan mesin (becak), usaha pengumpulan barang bekas untuk didaur ulang (kertas, plastik, logam, botol,karung bekas), usaha jual beli kebutuhan sehari-hari yang tidak tahan lama di simpan (sayuran, ikan basah), usaha jual beli barang yang karena alasan tidak laku kalau dijual di toko (hasil kerajinan bamboo yang berupa peralatan dapur, hasil kerajinan keramik kasar atau keramik untuk peralatan dapur, dan berbagai hasil kerajinan daerah pedesaan yang tidak mahal harganya).
Karena usaha ini bersifat padat karya, maka diperlukan keterampilan dalam pengelolaan hubungan antar manusianya. Dalam hal ini biasanya “azas kerukunan” atau “azas kekeluargaan” menjadi sendi utama. Demikian pula azas resiprositas di junjung tinggi dan di laksanakan dalam sistem pondok.
Macam sistem pondok dipandang dari besarnya tenaga dalam proses produksi dan penjualan hasil, dapat di golongkan dalam 4 kelompok:
Sistem pondok dimana setiap anggota memiliki kedudukan sama.
Dalam system ini tidak dikenal majikan/bos dan juga tidak ada karyawan kelompok ini dibentuk atas dasar kegotong-royongan. Jumlah kelompok antara 8-12 orang. Hubungan dalam kelompok kuat, terdapat rasa saling percaya antar anggota.
Sistem pondok dimana kedudukan pemilik pondok berkedudukan lebih mirip dengan kedudukan “kepala rumah tangga” daripada majikan dan para penghuninya sebagai “anggota rumah tangga” daripada karyawan.
Sistem pondok dimana telah dikenal deferensiasi tenaga yang bertugas dalam prosers produksi (karyawan) dengan tenaga pemasar (penjual). Dalam sistem pondok ini biasanya telah digunakan teknologi atau peralatan yang cukup produktif mempunyai puluhan karyawan dan penjual. Olehkarena itu system pondok seperti ini lebih mirip perusahaan perseorangan.
Sistem pondok dimana pemilik pondok tidak melibatkan diri dalam kegiatan produksi dan pemasaran, hanya menyewakan tempat untuk penginapan, tempat untuk usaha, mesin untuk produksi, peralatan menjual barang dan bahn baku untuk produksi. Maka dari itu sistem ini disebut sistem pondok sewa.
Di samping keempat cara itu terdapat sistem pondok yang merupakan campuran. Misalnya, dalam pondok boro usaha kerupuk dimana ada pemisahan pembuat dan penjualnya harus membeli dan menggoreng sendiri di tempat majikan. Ada pula system pondok yang tidak punya karyawan, karena tidak ada kegiatan produksi, hanya menampung penjual. Ada pula sistim pondok yang karyawanya hanya menampung para penjual saja ( Dalam berbagai macam pondok sering dilengkapi dengan semacam kantin makan yang diselenggarakan oleh pihak pemilik pondok boro.hampir semua pemilik pondok boro berperan sebagai pelindung para penghuni pondok.
Dilihat dari kegiatan penghuninya pondok boro di bedakan menjadi 3 macam : pondok boro buruh, pondok boro penjual, pondok boro produksi.
ANALISIS BACAAN
Proses Pembentukan Grup
a. Keturunan Satu Nenek Moyang
Jenis Usaha padat karya yang dilaksanakan pada asas kerukunan dan asas kekeluargan.
Tempat Tinggal Bersama
Para Migran sirkuler yang berasal dari tempat tinggal yang berdekatan sehingga berkompeten untuk mengadakan sistim pondok
Kepentingan Bersama
Mereka mempunyai tujuan untuk membuka usaha sendiri karena ketidakpastian kondisi kehidupannya.
Oleh
Warisno Ram
Sebagian besar migran sirkuler berasal dari rumah tangga desa yang hanya memiliki lahan sempit dan mereka rata-rata berpendidikan rendah. Keadaan serba tidak cukup ini mendorong mereka untuk melakukan usaha mandiri secara kecil-kecilan dengan sedikit modal dan peralatan yang tidak mahal.
Para migran sirkuler yang bergerak dalam usaha sisa ini (disebut usaha sisa karena para pemlik modal umumnya tidak tertarik untuk bergerak dalam usaha ini), jenis-jenis usaha yang termasuk dalam usaha sisa ini antara lain: usaha membuat dan menjual makanan atau minuman murah, usaha transport jarak dekat dengan tenaga bukan mesin (becak), usaha pengumpulan barang bekas untuk didaur ulang (kertas, plastik, logam, botol,karung bekas), usaha jual beli kebutuhan sehari-hari yang tidak tahan lama di simpan (sayuran, ikan basah), usaha jual beli barang yang karena alasan tidak laku kalau dijual di toko (hasil kerajinan bamboo yang berupa peralatan dapur, hasil kerajinan keramik kasar atau keramik untuk peralatan dapur, dan berbagai hasil kerajinan daerah pedesaan yang tidak mahal harganya).
Karena usaha ini bersifat padat karya, maka diperlukan keterampilan dalam pengelolaan hubungan antar manusianya. Dalam hal ini biasanya “azas kerukunan” atau “azas kekeluargaan” menjadi sendi utama. Demikian pula azas resiprositas di junjung tinggi dan di laksanakan dalam sistem pondok.
Macam sistem pondok dipandang dari besarnya tenaga dalam proses produksi dan penjualan hasil, dapat di golongkan dalam 4 kelompok:
Sistem pondok dimana setiap anggota memiliki kedudukan sama.
Dalam system ini tidak dikenal majikan/bos dan juga tidak ada karyawan kelompok ini dibentuk atas dasar kegotong-royongan. Jumlah kelompok antara 8-12 orang. Hubungan dalam kelompok kuat, terdapat rasa saling percaya antar anggota.
Sistem pondok dimana kedudukan pemilik pondok berkedudukan lebih mirip dengan kedudukan “kepala rumah tangga” daripada majikan dan para penghuninya sebagai “anggota rumah tangga” daripada karyawan.
Sistem pondok dimana telah dikenal deferensiasi tenaga yang bertugas dalam prosers produksi (karyawan) dengan tenaga pemasar (penjual). Dalam sistem pondok ini biasanya telah digunakan teknologi atau peralatan yang cukup produktif mempunyai puluhan karyawan dan penjual. Olehkarena itu system pondok seperti ini lebih mirip perusahaan perseorangan.
Sistem pondok dimana pemilik pondok tidak melibatkan diri dalam kegiatan produksi dan pemasaran, hanya menyewakan tempat untuk penginapan, tempat untuk usaha, mesin untuk produksi, peralatan menjual barang dan bahn baku untuk produksi. Maka dari itu sistem ini disebut sistem pondok sewa.
Di samping keempat cara itu terdapat sistem pondok yang merupakan campuran. Misalnya, dalam pondok boro usaha kerupuk dimana ada pemisahan pembuat dan penjualnya harus membeli dan menggoreng sendiri di tempat majikan. Ada pula system pondok yang tidak punya karyawan, karena tidak ada kegiatan produksi, hanya menampung penjual. Ada pula sistim pondok yang karyawanya hanya menampung para penjual saja ( Dalam berbagai macam pondok sering dilengkapi dengan semacam kantin makan yang diselenggarakan oleh pihak pemilik pondok boro.hampir semua pemilik pondok boro berperan sebagai pelindung para penghuni pondok.
Dilihat dari kegiatan penghuninya pondok boro di bedakan menjadi 3 macam : pondok boro buruh, pondok boro penjual, pondok boro produksi.
ANALISIS BACAAN
Proses Pembentukan Grup
a. Keturunan Satu Nenek Moyang
Jenis Usaha padat karya yang dilaksanakan pada asas kerukunan dan asas kekeluargan.
Tempat Tinggal Bersama
Para Migran sirkuler yang berasal dari tempat tinggal yang berdekatan sehingga berkompeten untuk mengadakan sistim pondok
Kepentingan Bersama
Mereka mempunyai tujuan untuk membuka usaha sendiri karena ketidakpastian kondisi kehidupannya.
SISTEM STATUS DAN PELAPISAN
MASYARAKAT SISTEM STATUS
YANG BERUBAH
Runtuhnya Sistem Status Kolonial dalam
Abad Kedua Puluh
Oleh W.F. Wertheim
Pada abad ke 19 banyak dikenal pelapisan masyarakat kolonial menurut garis ras,yang lazim terdapat di Jawa. Sedangkan di pulau-pulau seberang, uanglah terutama yang melakukan pendobrakan terhadap system asli yang lama.Pendidikan juga dinamis di pulau-pulau Jawa.pada abad 19 ini meningkatnya perbedaan profesi.Bertambah meluasya ekonomi uang dan meningkatnya hubungan dengan barat telah menyebabkan timbulnya lapisan pekerjaan baru, seperti montir, sopir dll. OrangIndonesia kemampuan teknis mereka tinggi dan lebih suka pekerjaan di bidang perdagangan dibandingkan dengan yang lainnya.Pada tahun 1930, terdapat stratifikasi dalam pekerjaan mereka cenderung mengambil pekerjaan yang kurang intelek. Pendidikan telah menciptakan seluruh kelas Indonesia yang mempunyai pendidikan Barat sampai ke tingkat tertentu,dan adanya kelas ini telah menimbulkan suatu akibat yang sama dinamisnya terhadap system statys di Jawa seperti pengaruh perkebunan karet di luar Jawa.
Terdapat tiga golongan mayarakat administif menurut kelompok penduduk pada tahun 1938 diperbandingkan dengan tahun 1928, yaitu Eropa,Indonesia dan Timur asing.hal ini dapat dianalisis melalui staf, dan tingkat Pegawai. Ketika dinding-dinding ras semakin hilang, ketegangan semakin bertambah. Perbedaan pendapat pada umuny6a masih sejalan dengan rpembagian ras, dimana rata-rata pendapatan orang Eropa adalah yaitu yang tertinggi, pendapat orang Cina di tengah-tengah dan pendapatan orang Indonesia yang paling rendah.Pada tahun 1920, golongan Indo bergabung dalam persatuan Indo Eropa dalam menghadapi kelas yang sangat menanjak yaitu orang-orang Indonesia yang berpendidikan Barat.
Bacaan 2
SITUASI SOSIAL DUA KOMUNITAS
DESA DI SULAWESI SELATAN
Oleh: Mochtar Buchori dan Wiladi Budiharga
Desa Maricaya Selatan
Kominitas maricaya selatan terdiri ataslima golongan yang menempati tiga lapisan pokok, yaitu: Golongtan pejabat dan kelompok Profesional di lapisan atas, Golongan alim ulama, golongan pegawai dan golongan pedagang di lapisan menengah, serta golongan buruh di lapisan bawah. Dilihat dari segi Ekonomi terdapat tiga lapisan masyarakat yaitu, Lapisan ekonomi mampu, Menengah dan lapisan ekonomi Miskin, yang persentasenya,10%, 60% dan 30%.Kesempatan pendidikan bagi anak-anaknya tersedia cukup luas dari tingkat TK sampai dengan Perguruan Tinggi, yang umumnya menginyam jenjang pendidikan. Masyarakat Maricaya Selatan tampaknya menikmati sekali kesempatan yang tersedia seoptimal mungkin., walaupun ekonomi mereka dibilang cukup tidak mampu,tapi mereka berusaha sekuat mungkin untuk menyekolahan anaknya.Agamanya yang paling menonjol adalah Islam, sedangkan lapisan yang paling banyak memiliki pesawat televisi adalah lapisan atas.
Desa Polewali (Semi Urban)
Dalam masyarakat ini dikenal tiga lapisan juga, Ulama, Pemangku Adat dan Pejabat disebut lapisan atas, pedagang sebagi lapisan menengah sedangkan Buruh sebagi lapisan bawah. Kebanyakan lapisan atas ini dipenuhi oleh masyarakat Bugis.Pemangku adat dan alim ulama dan Pejabat, termasuk golongan atas sebanyak 35%,Pegawai negri termasuk golongan menengah sedang sebnyak 55% serta Pedagang dan Buruhtermasuk lapisan bawah, Miskin sebanyak 10%. Mayarakat Polewali pada dasarnya merupakan masyuarakat yang lugas mengisi kehidupan mereka sehari-hari dengan berbagai usaha untuk menghadapi dan menyelesaikan persoalan-persoalan nyata yangt terdapat dalam lingkungan mereka. Pasda tahap perkembangan seperti ini Masyarakat Poleweli berada pada tahap Inward looking. Yang tampaknya merupakan perkecualian dalam hal ini ialah golongan pejabat setempat.
Analisis Bacaan
Bacaan 1.
1. Konsep Stratifikasi Sosial
a.Diferensiasi dan Inequality Social
Perbedaan Ras, bakat dan keterampilan yang dimiliki oleh masing-masing ras, yaitu Eropa, Indonesia dan Cina
b.Proses Terbentuknya Stratifikasi Sosial
Stratifikasi social dapat terjadi karena adanya pembagian kerja dalam masyarakat, konflik social, dan hak kepemilikan pribadi. Stratifikasi social ini dapat juga terjadi melalui urutan yang saling berhubung dan saling ketergantungan satu sama lain. Jadi Strratifikasi social ini terjadi karena adnya perbedaan dab persamaan diantara keduanya. Dapat dilihat dalam bacaan
Adanya pelapisan social yaitu menjadi 3 tingkat yang saling berbeda pada ras Cina, Asia danindonesia .
Adnya sudut pandang yang berbeda untuk menilai stratifikasinya.
c. Sistimnya termasuk sistim tertutup yaitu didasari pada ras dari masing-masing rumpun kelahiran.
2.Dimensi yang mendasari
Kehormatan :Eropa , Indonesia dan Pribumi
Ilmu Pengetahuan : Cendikiawan, Semi Cendikiawan dan Non-cendikiawan
Kekayaan : Pedagang Cina, Pedagang Tribumi dan Buruh
3.Konsep Mobilitas Sosial
Mobilitas horizontal=tidak ada
Mobilitas vertical = - Climbing=jabatan yang tinggi sekarang dapat diisi oleh pribumi
Sinking= Dialami bangsa Cina, yang mengalami keterpurukan.
Bacaan 2
1. Konsep Stratifikasi Sosial
a.Diferensiasi dan Inequality Social
Perbedaan pendidikan,Pekerjaan dan lapisan ekonomi pada masing-masing Ras yang mengakibatkan kemampuan berbeda-beda untuk menciptakan suatu stratifikasi yang baru.
b.Proses Terbentuknya Stratifikasi Sosial
Stratifikasi social dapat terjadi karena adanya pembagian kerja dalam masyarakat, konflik social, dan hak kepemilikan pribadi. Stratifikasi social ini dapat juga terjadi melalui urutan yang saling berhubung dan saling ketergantungan satu sama lain. Jadi Strratifikasi social ini terjadi karena adnya perbedaan dab persamaan diantara keduanya. Dapat dilihat dalam bacaan
1.Adanya pelapisan social yaitu menjadi 3 tingkat yang saling berbeda pada masing-masing desa yang stratifikasinya kuat.
2.Adanya sudut pandang yang berbeda untuk menilai stratifikasinya.
c. Sistimnya termasuk sistim terbuka yaitu didasari pada kedudukan beberapaisan masyarakat yang mempengaruhi stratifikasi.
2.Dimensi yang mendasari
Kekayaan (Maricaya selatan) : Pejabat professional, alim ulama dan pedagang dan pegawai, Buruh
Kehormatan (Poliweli) : alim ulam dan pemangku adat, pegawai negeri, Buruh.
3.Konsep Mobilitas Sosial
Mobilitas horizontal=ada
Mobilitas vertikal = karena sistem pelapisan terbuka mungkin saja naik dan mungkin saja turun status pada lapisan di masyarakatnya.
MASYARAKAT SISTEM STATUS
YANG BERUBAH
Runtuhnya Sistem Status Kolonial dalam
Abad Kedua Puluh
Oleh W.F. Wertheim
Pada abad ke 19 banyak dikenal pelapisan masyarakat kolonial menurut garis ras,yang lazim terdapat di Jawa. Sedangkan di pulau-pulau seberang, uanglah terutama yang melakukan pendobrakan terhadap system asli yang lama.Pendidikan juga dinamis di pulau-pulau Jawa.pada abad 19 ini meningkatnya perbedaan profesi.Bertambah meluasya ekonomi uang dan meningkatnya hubungan dengan barat telah menyebabkan timbulnya lapisan pekerjaan baru, seperti montir, sopir dll. Orang
Terdapat tiga golongan mayarakat administif menurut kelompok penduduk pada tahun 1938 diperbandingkan dengan tahun 1928, yaitu Eropa,Indonesia dan Timur asing.hal ini dapat dianalisis melalui staf, dan tingkat Pegawai. Ketika dinding-dinding ras semakin hilang, ketegangan semakin bertambah. Perbedaan pendapat pada umuny6a masih sejalan dengan rpembagian ras, dimana rata-rata pendapatan orang Eropa adalah yaitu yang tertinggi, pendapat orang Cina di tengah-tengah dan pendapatan orang Indonesia yang paling rendah.Pada tahun 1920, golongan Indo bergabung dalam persatuan Indo Eropa dalam menghadapi kelas yang sangat menanjak yaitu orang-orang Indonesia yang berpendidikan Barat.
Bacaan 2
SITUASI SOSIAL DUA KOMUNITAS
DESA DI SULAWESI SELATAN
Oleh: Mochtar Buchori dan Wiladi Budiharga
Desa Maricaya Selatan
Kominitas maricaya selatan terdiri atas
Desa Polewali (Semi Urban)
Dalam masyarakat ini dikenal tiga lapisan juga, Ulama, Pemangku Adat dan Pejabat disebut lapisan atas, pedagang sebagi lapisan menengah sedangkan Buruh sebagi lapisan bawah. Kebanyakan lapisan atas ini dipenuhi oleh masyarakat Bugis.Pemangku adat dan alim ulama dan Pejabat, termasuk golongan atas sebanyak 35%,Pegawai negri termasuk golongan menengah sedang sebnyak 55% serta Pedagang dan Buruhtermasuk lapisan bawah, Miskin sebanyak 10%. Mayarakat Polewali pada dasarnya merupakan masyuarakat yang lugas mengisi kehidupan mereka sehari-hari dengan berbagai usaha untuk menghadapi dan menyelesaikan persoalan-persoalan nyata yangt terdapat dalam lingkungan mereka. Pasda tahap perkembangan seperti ini Masyarakat Poleweli berada pada tahap Inward looking. Yang tampaknya merupakan perkecualian dalam hal ini ialah golongan pejabat setempat.
Analisis Bacaan
Bacaan 1.
1. Konsep Stratifikasi Sosial
a.Diferensiasi dan Inequality Social
Perbedaan Ras, bakat dan keterampilan yang dimiliki oleh masing-masing ras, yaitu Eropa, Indonesia dan Cina
b.Proses Terbentuknya Stratifikasi Sosial
Stratifikasi social dapat terjadi karena adanya pembagian kerja dalam masyarakat, konflik social, dan hak kepemilikan pribadi. Stratifikasi social ini dapat juga terjadi melalui urutan yang saling berhubung dan saling ketergantungan satu sama lain. Jadi Strratifikasi social ini terjadi karena adnya perbedaan dab persamaan diantara keduanya. Dapat dilihat dalam bacaan
Adanya pelapisan social yaitu menjadi 3 tingkat yang saling berbeda pada ras Cina, Asia dan
Adnya sudut pandang yang berbeda untuk menilai stratifikasinya.
c. Sistimnya termasuk sistim tertutup yaitu didasari pada ras dari masing-masing rumpun kelahiran.
2.Dimensi yang mendasari
Kehormatan :
Ilmu Pengetahuan : Cendikiawan, Semi Cendikiawan dan Non-cendikiawan
Kekayaan : Pedagang Cina, Pedagang Tribumi dan Buruh
3.Konsep Mobilitas Sosial
Mobilitas horizontal=tidak ada
Mobilitas vertical = - Climbing=jabatan yang tinggi sekarang dapat diisi oleh pribumi
Sinking= Dialami bangsa Cina, yang mengalami keterpurukan.
Bacaan 2
1. Konsep Stratifikasi Sosial
a.Diferensiasi dan Inequality Social
Perbedaan pendidikan,Pekerjaan dan lapisan ekonomi pada masing-masing Ras yang mengakibatkan kemampuan berbeda-beda untuk menciptakan suatu stratifikasi yang baru.
b.Proses Terbentuknya Stratifikasi Sosial
Stratifikasi social dapat terjadi karena adanya pembagian kerja dalam masyarakat, konflik social, dan hak kepemilikan pribadi. Stratifikasi social ini dapat juga terjadi melalui urutan yang saling berhubung dan saling ketergantungan satu sama lain. Jadi Strratifikasi social ini terjadi karena adnya perbedaan dab persamaan diantara keduanya. Dapat dilihat dalam bacaan
1.Adanya pelapisan social yaitu menjadi 3 tingkat yang saling berbeda pada masing-masing desa yang stratifikasinya kuat.
2.Adanya sudut pandang yang berbeda untuk menilai stratifikasinya.
c. Sistimnya termasuk sistim terbuka yaitu didasari pada kedudukan beberapaisan masyarakat yang mempengaruhi stratifikasi.
2.Dimensi yang mendasari
Kekayaan (Maricaya selatan) : Pejabat professional, alim ulama dan pedagang dan pegawai, Buruh
Kehormatan (Poliweli) : alim ulam dan pemangku adat, pegawai negeri, Buruh.
3.Konsep Mobilitas Sosial
Mobilitas horizontal=ada
Mobilitas vertikal = karena sistem pelapisan terbuka mungkin saja naik dan mungkin saja turun status pada lapisan di masyarakatnya.
Sumber : Sosiologi Umum, IPB
hehehehehe makasih banyak kaak infonyaa XDDD
BalasHapusjangan lupa kunjungi blog ku juga yah XD